Senin, 17 Juni 2013

Setia Itu Perjuangan, chéri



Kita, sama-sama pernah menyimpan asa.
Mempertemukan sisi rahasia masing-masing.
Bertukar cerita sambil menyeduh minuman hangat.
Mengikat janji untuk setia. Mengikat janji untuk bersama.
Kemudian saling pergi mengembara, pergi jauh masih dengan asa untuk bersama.
Kemudian aku mengenalnya, seorang wanita yang sangat lembut, sederhana, dan mengagumkan.
Berawal dari pertemuan kami seperti ftv-ftv standar — hingga akhirnya, sekarang saling menyandarkan diri duduk masing masing saling berhadapan.
Menikmati makan malam di Drouant Café.
Bercengkrama hati tanda saling ingin memiliki.
Kita sadar saling mencintai, apadaya hati masih memiliki janji.
Malam itu, sunyi menusuk kalbu diiringi melodi lagu-lagu minor.
Aku sadar kamu mencintaiku, begitupun sebaliknya.
Namun, janji adalah hal yang suci, chéri. Melanggarnya bukanlah pilihan.
Andai saja, engkau datang duluan sebelum dia.
Andai saja, engkau lebih dulu mampir mengetuk pintu hati ini.
Andai saja, andai saja...
Percuma, kalimat itu bagaikan daun kecil yang sudah lepas dari batangnya.
Rapuh — mudah dilupakan.
Semoga, dengan berlalunya daun kecil itu,
dengan berlalunya memori-memori hangat tentang kita,
hubungan kita, berakhir disini.
Maafkan aku yang lebih memilih setia, chéri.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar